Home

Sabtu, 28 Mei 2011

Pengaruh kehidupan di Asrama terhadap Kerentanan Terkena Herpez simpleks

Pengaruh kehidupan di Asrama terhadap Kerentanan Terkena Herpez simpleks


Moch. Deden Eka F, Lita Nurhidya P
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Bandarlampung

Abstrak

Herpes simpleks
masih banyak ditemukan di kalangan mahasiswa khususnya yang tinggal di asrama, mahasiswa pria lebih sering terkena daripa mahasiswa wanita, penyebabnya earat berkaitan dengan praktek higiens dan faktor psikis dari mahasiswa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kamar dan pola perilaku dari mahasiswa tersebut, yang merupakan salah satu dari praktek higiens mahasiswa. Observasi dilakukan dengan mewawancarai mahasiswa yang tinggal di asrama malahayati, dan ditemukan sebagaian besar pernah terkena herpes simpleks.
Keyword : herpes simpleks, higiens yang tidak baik, asrama.

Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling superfisial dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya ; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.


Herpez Simpleks
A. Definisi Herpes simpleks
Infeksi akut yang desebabkan oleh virus herpes simpleks( virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun sekunder

B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan VHS tipe II biasanya terjadi pada dekakde II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.

C. Etiologi
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis ( tempat predileksi ). Bisa terjadi karena ada faktor keturunan : virus herpes dapat mengenai janin in utero, faktor lingkungan : makin rendah status ekonomi makin banyak jumlah karier dan faktor pencetus : seperti menstruasi, emosional, trauma, senggama.

D. Diagnosis
1. Anamnesa ( gejala singkat penyakit )
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan : awitan penyakit didahului perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama beberapa menit sampai jam, kadang-kadang timbul nyeri saraf. Pada infeksi primer gejala-gejala lebih berat dan lebih lama jika dibandingkan dengan infeksi rekuren, yatu berupa malaise, demam dan nyeri otot.
2. Pemeriksaan fisik
• Lokalisasi : paling sering pada/ dekat sambungan mukokutan
• Efloresensi/ sifat-sifatnya : vesikel-vesikel miliar berkelompok. Jika pecah membentuk ulkus yang dangkal dengan kemerahan pada daerah di sekitarnya.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran histopatologi
Tampak vesikel intraepidermal, infiltrat leukosit dan akatolisis akibat degenarasi balon sel-sel epidermis. Dapat terlihat badan inklusi asidofilik intranukleus yang dikelilingi halo
b. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck
2. Pemeriksaan antibodi dengan tekhnik fluoresensi langsung
3. Kultur jaringan

E. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pnegobatan yang dapat mencegah episode rekuren secara tuntas.
- Pengobatan bersifat simtomatis, jika vesikel pecah
 Kompres dengan sol. Kalium-pemangas 1/5000
 Obat-obat antiseptik seperti : povidon yodium
 Idosuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA.
 Alkohol 70% untukmengeringkan dan desinfeksi
- Sistemik : dapat dicoba dengan asiklovir 5x400 mg/hari selama 5-10hari
- Pada pasien imunokompeten
 Lesi inisial : asiklovir 5x200 mg selama 5-10hari
 Infeksi rekuren : 5x200 mg selama 5hari atau 2x400 mg/hari
- Pada pasien tanggap imun lemah (immunocompromised)
 Herpes mukokutan primer : asiklovir 5x200 mg/hari selama 10hari
 Herpes imunkutan : asiklovir 5x400 mg selama 5-7hari
F. Prognosis
Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut secara psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.
Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi ini dapat mneyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa

Kehidupan asrama Mahasiswa unimal
Asrama Mahasiswa Universitas Malahayati (Unimal) merupakan sebuah unit pelayanan yang dimaksudkan untuk memberian dukungan terhadap perkembangan Unimal dimasa yang akan datang. Unit ini merupakan unit yang berintegrasi kedalam struktur dan tata kelola Unimalyang bertugas memberikan layanan hunian bagi mahasiswa yang mampu mendorong serta berprestasi, dan bertaqwa serta berjiwa kebersamaan bagi mahasiswa Unimal. Unit ini nantinya akan tumbuh dan berkembang dari segi kuantitas dan kualitas seiring dengan tumbuh dan kembangnya jumlah mahasiswa di Unimal. Asrama di Unimal berfungsi sebagai sarana tempat tinggal yang berperan dalam kegiatan pembentukan karakter dasar bagi setiap mahasiswa Unimal pada umumnya dan mahasiswa penghuni asrama khususnya.


Pengaruh kehidupan di Asrama terhadap Kerentanan Terkena Herpez simpleks
Kulit manusia tidak bebas hama(steril). Kulit steril hanya didapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan ( nutrisi) untuk Pertumbuhan organisme, antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit.
Mengenai hubungan dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai :
- Parasit yang dapat menimbulkan penyakit, atau sebagai
- Komensal yang merupakan flora normal
Bakteri yang mengkontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda daripada infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak memberi respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak terdapat kenaikan titer anitibodi.
Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi bergantung pada :
1. Virulensi organisme
2. Besarnya inokulasi
3. Tempat masuk kuman
4. Pertahanan atau imunitas hospes
Mengapa harus dibuktikan kaitan antara kehidupan mahasiswa di asrama terhadap kerentaan terkena herpes simpleks, Jawabannya adalah herpes simpleks adalah penyakit kulit karena infeksi yang sering terjadi dikalangan mahasiswa yang tinggal di asrama terutama asrama putra. Herpes simpleks dikalangan asrama mahasiswa ini dihipotesakan terjadi karena didahului oleh beberapa faktor penyebab yang telah disebutkan diatas seperti faktor lingkungan dan adanya faktor pencetus seperti emosional :
- Lingkungan
 Kamar Asrama yang tidak higienis
 Suasana kamar yang lembab
 Suasana kamar yang panas
 Kurangnya ventilasi ruangan
 Keadaan air yang kurang bersih
- Faktor pencetus
 Faktor psikis yang tidak stabil yang bisa saja terjadi akibat stress karena perkuliahan, faktor “home sick” jauh dari orang tua, atau mungkin sedang terjadi konflik intern dengan teman sekamar atau tetangga kamar .
Dalam kehidupan berasrama, biasanya penghuni kamar lebih dari 2 orang. Tentu saja kamar dan seisinya pun tidak bisa secara sepihak menjadi hak milik si salah satu pemilik kamar. Hidup bersosialisasi dalam asrama terkadang mudah namun terkadang juga tidak mudah, karena setiap individu tentu saja memiliki profile yang meliputi sikap, karakter, kebiasaan yang berbeda pula. Inilah yang terkadang menimbulkan masalah , salah satunya dalam bidang kesehatan. Misalnya jika salah satu penghuni kamar selalu tidak bisa menjada higienisasi dirinya dan isi kamar asrama tersebut, ia mengalami herpes simpleks yang rekuren ( disini kita fokuskan terkena herpes zoster) , kemungkinan besar penghuni kamar yang lain nya pun bisa terkena penyakit yang sama.
Untuk memastikan hipotesa mana yang menjadi faktor mayor sebagai penyebab terjadinya herpes simpleks di kalangan asrama mahasiswa, kami mencoba menggali lebih dalam dengan membagikan pertanyaan dalam bentuk angket kepada 10 ruang sample yang terdiri dari mahasiswa yang tinggal di asrama malahayati

Dari data yang kami peroleh, mayoritas mahasiswa yang terkena herpes simpleks di karenakan oleh kamar asrama yang tidak higienis dan suasana kamar yang terlalu lembab. Jadi kebanyakan dikarenakan oleh faktor lingkungan yang kurang baik , dan jarang di temukan karena adanya faktor psikis yang menyebabkan herpes simplek ini.


Conclusion
Dari data di atas, diketahui bahwa herpes simpleks sangat sering menyerang mahasiswa yang tinggal di asrama khususnya asrama pria, hampir sebagian besar dikarenakan oleh praktek higiens yang kurang baik dari mahasiswa itu sendiri maupun dari lingkungan kamar mahasiswa itu sendiri.
Maka dari itu praktek higiens, baik dari individu maupun lingkungan di asrama perlu di perhatikan secara seksama dan diperlukan kesadaran dari masing-masing individu yang tinggal di dalam asrama.

Kepustakaan
Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima fakultas kedokteran Universitas Indonesian
Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK(K) .2003. Saripati Penyakit Kulit, 2th edition.Palembang
www. Kaskus. com
www.aramaunand.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar