DIABETES Mellitus atau kerap
disebut kencing manis dapat diartikan terdapatnya glukosa dalam air kencing
seseorang. Hal itu terjadi karena glukosa dalam darah tidak dapat dicerna
tubuh, karena tubuh kekurangan insulin.Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan
serius. Apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit
tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di
antaranya, jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan
system syaraf.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan
keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitusnya
terbanyak setelah India, China, Uni Sovyet, Jepang, dan Brasil. Tercatat pada
tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan
peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabetes pertahunnya, sehingga pada tahun
2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
Untuk diketahui, terdapat dua tipe Diabetes, yaitu, Diabetes Tipe I (IDDM/
tergantung insulin) dan Diabetes Tipe II (NIDDM/ tidak tergantung insulin)
Gejala - Gejala Diabetes
Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak (di
bawah 20 tahun), sebagai akibat dari adanya kelainan genetika, sehingga tubuh
tidak dapat memproduksi insulin dengan baik.
Antara lain :
- Berat badan menurun
- Kelelahan
- Penglihatan kabur
- Sering buang air kecil
- Terus menerus lapar dan haus
- Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
Gejala-gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi
gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya sama seperti gejala diabetes
tipe I.
Penyebab Diabetes
Saat ini, faktor utama munculnya penyakit diabetes berkaitan langsung dengan
pola hidup masyarakat. Konsumsi makanan yang tidak seimbang serta kurangnya
aktivitas fisik dapat memicu timbulnya penyakit kencing manis.
Disamping itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama
semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit
diabetes.
Pencegahan Diabetes
Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang. Kurangi
makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam. Perbanyak
melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. Diantaranya, berenang,
bersepeda, jogging, jalan cepat, serta rajin memeriksakan kadar gula urine
setiap tahun.
Cara Mengatasi Diabetes
Kalau sudah positif diabetes, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan
ikuti anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu, perlu melakukan diet,
karena diet merupakan langkah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes.
Namun, sebaiknya ketika melakukan diet, perlu juga dibarengi dengan olah raga
secara teratur. Tidak kalah pentingnya, lakukan pemeriksaan darah untuk
mengukur kadar gula diabetes, yang merupakan suatu gangguan kelainan kadar gula
darah karena rusaknya sel beta pancreas, sehingga perlu dikontrol dengan
cermat.
Sumber :
http://syafei-info-kesehatan.blogspot.com/2006/11/pola-makan-yang-baik-cegah-diabetes.html
Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor
keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda,
termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah anda tidak sendiri.
Menurut data WHO,
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu
saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia
meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat
teratur.
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak menyadari
dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing
manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang
diabetes terutama gejala-gejalanya.
Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor
keturunan. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang
terkena diabetes karena risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2
lebih sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat
gaya hidup yang dijalaninya.
Berikut ini hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang diabetes untuk meningkatkan
kesadaran akan diabetes :
- Apa
sih Diabetes Mellitus?
- Ketahui
Penyebab & Tipe Diabetes Mellitus
- Sulitnya
Membaca Gejala Diabetes
- Mendiagnosis
Diabetes Mellitus
- Komplikasi
Diabetes Bisa Mematikan
- Terapi Untuk Diabetes Mellitus
- Mencegah Bahaya Komplikasi
- Hindari
Diabetes dengan Ubah Gaya Hidup
Setelah mengetahui semua hal yang tentang diabetes, jangan lewatkan:
Apa sih Diabetes Mellitus?
Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa (gula sederhana)
di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin
secara cukup.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke
dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan
energi.
Nah, berapa kadar gula darah yang disebut tinggi? Menurut
kriteria
diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006,
seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki
kadar gula darah
puasa >126 mg/dL dan
pada tes sewaktu >200 mg/dL.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi
progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang
tidak aktif bergerak.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas
untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang
lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.
Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah
untuk dijadikan energi.
Ketahui Penyebab & Tipe Diabetes Mellitus
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan
respon yang tepat terhadap insulin.
Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu:
- Diabetes Mellitus
tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)
- Diabettes Mellitus
tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM)
Diabetes Mellitus tipe 1
|
Diabetes Mellitus tipe 2
|
Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali
tidak menghasilkan insulin
|
Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih
tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relative
|
Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan
remaja.
|
Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun
|
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa
infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal)
menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas.
Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.
|
Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas
dimana sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.
|
90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami
kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus
mendapatkan suntikan insulin secara teratur
|
Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara
genetik dalam keluarga
|
Penyebab diabetes lainnya adalah:
- Kadar kortikosteroid yang
tinggi
- Kehamilan diabetes
gestasional), akan hilang setelah melahirkan.
- Obat-obatan yang dapat
merusak pankreas.
- Racun yang mempengaruhi
pembentukan atau efek dari insulin.
Sulitnya Membaca Gejala Diabetes

Gejala
awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (
poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum (
polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (
polifagi).
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya
ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula
darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
Diabetes
Mellitus tipe 1
|
Diabetes
Mellitus tipe 2
|
Timbul tiba-tiba.
|
Tidak ada gejala selama beberapa tahun. Jika insulin berkurang semakin
parah maka sering berkemih dan sering merasa haus.
|
Berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis
diabetikum.
|
Jarang terjadi ketoasidosis.
|
Pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis
diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi tetapi sebagian
besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini
mengambil energi dari sumber yang lain.
Sumber untuk energi dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan
keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (
ketoasidosis).
Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan
berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada
anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk
memperbaiki keasaman darah.
Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,
ketoasidosis
diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa
jam.
Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita
diabetes
tipe 1 bisa mengalami
ketoasidosis jika mereka melewatkan
satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan
atau penyakit yang serius.
Penderita
diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan
gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah,
maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus.
Jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya
terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami
dehidrasi
berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu
keadaan yang disebut
koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Mendiagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (
polidipsi,
polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula
darah yang tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah
biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil
setelah makan.
Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan
karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.
Kriteria
Diagnostik Gula darah (mg/dL)
|
|
Bukan
Diabetes
|
Pra
Diabetes
|
Diabetes
|
Puasa
|
< 110
|
110-125
|
> 126
|
Sewaktu
|
< 110
|
110-199
|
> 200
|
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa.
Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini
untuk mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.
Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula
darah puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung
sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk
diperiksa.
Hasil glukosa contoh darah dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula
darah terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2006.
Sebelum berkembang menjadi diabetes tipe 2, biasanya selalu menderita
pra-diabetes, yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal
tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosa diabetes. Setidaknya 20% dari
populasi usia 40 hingga 74 tahun menderita pra-diabetes.
Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang, terutama
pada jantung dan sistem peredaran darah selama pra-diabetes ini. Dengan
pre-diabetes, anda akan memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena
penyakit jantung. Saat Anda menderita diabetes, maka risiko naik menjadi 2
hingga 4 kali.
Akan tetapi, pada beberapa orang yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan
untuk menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup.
Diabetes dan pra-diabetes dapat muncul pada orang-orang dengan umur dan ras
yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko lebih tinggi.
Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan

Diabetes
merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit
lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi
terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur
internal lainnya.
Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan
ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat
berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya
aterosklerosis
(penimbunan
plak lemak di dalam pembuluh darah).
Aterosklerosis
ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai
otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (
makroangiopati), sedangkan
pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta
memperlambat penyembuhan luka.
Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya
tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan
adalah serangan jantung dan
stroke.
Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan
akibat kerusakan pada retina mata (
retinopati diabetikum). Kelainan
fungsi ginjal bisa menyebabkan
gagal ginjal sehingga penderita harus
menjalani cuci darah (
dialisa).
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu
saraf mengalami kelainan fungsi (
mononeuropati), maka sebuah lengan atau
tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.
Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (
polineuropati
diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau
nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena
penderita tidak dapat meradakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya
aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan
ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami
infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus
diamputasi.
Terapi Untuk Diabetes Mellitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar
normal sulit untuk dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan
terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin
berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara teratur baik
dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau
dilakukan di laboratorium terdekat.
Pengobatan diabetes meliputi
pengendalian berat badan, olah raga dan
diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan
memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga
secara teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan
melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih
insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat
diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak
berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut)
atau menggunakan insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
- Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
- Terapi
Sulih Insulin
1. Obat hipoglikemik oral
Golongan
sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada
diabetes tipe I. Contohnya adalah
glipizid, gliburid, tolbutamid dan
klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara
merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu
metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe
II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun
beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan
baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
2. Terapi Sulih Insulin

Pada diabetes
tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan,
insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral
(ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat
ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju
penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak
terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan
lama kerja yang berbeda:
1. Insulin
kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,
mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa
kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin
kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin
isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10
jam dan bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama
sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang
malam.
3. Insulin
kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga
bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
|
*
|
Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
|
*
|
Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya
|
*
|
Aktivitas harian penderita
|
*
|
Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami
penyakitnya
|
*
|
Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari
ke hari.
|
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari
insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang
paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua
diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat
dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin
kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya;
penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada
makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin
bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami
resistensi terhadap insulin. Insulin
tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu
tubuh bisa membentuk
antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini
mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap
insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada
tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa
terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan
selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit
tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).
Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan
mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi
resistensi dan alergi.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu
banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita
diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan
untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk
menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga
untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari
terjadinya komplikasi.
Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki
sehingga kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan
matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di
mata.
Mencegah Bahaya Komplikasi
Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan
diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari air kemih; tetap pemeriksaan air
kemih bukan merupakan cara yang baik untuk memantau pengobatan atau
menyesuaikan dosis pengobatan.
Saat ini kadar gula darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita
di rumah menggunakan alat pengukur glukosa darah. Penderita diabetes harus
mencatat kadar gula darah mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis
insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan.
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan
kadar gula darah sehingga terjadi
hipoglikemia. Hipoglikemia
(rendahnya kadar gula dalam darah) juga bisa terjadi jika penderita kurang
makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu
berat tanpa makan.
Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya
adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari
glikogen
yang tersimpan di hati.
Proses ini melibatkan pelepasan
epinefrin (
adrenalin),
yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan
gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit
kepala.
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi
berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda
hipoglikemia, penderita harus segera makan gula.
Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula atau
tablet glukosa untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera
minum segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan atau
makanan manis lainnya.
Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa
glukagon, yang bisa
disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula.
Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:
|
*
|
Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
|
*
|
Sakit kepala
|
*
|
Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
|
*
|
Badan gemetaran
|
*
|
Berkeringat
|
*
|
Bingung
|
*
|
Penurunan kesadaran, koma.
|
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat.
Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma bahkan kematian.
Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif. Diberikan sejumlah besar
cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk
menggantikan yang hilang melalui air kemih yang berlebihan.
Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan
dosisnya disesuaikan. Kadar glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap
beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan.
Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar
gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan
asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi
keasaman darah.
Pengobatan untuk
koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik
sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum yaitu diberikan cairan dan
elektrolit pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk
mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih
mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak terlalu berat.
Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka
panjang berkembang secara progresif.
Retinopati diabetik dapat
diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh
darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser
dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah,
ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah. Mengontrol kadar
gula darah dapat dilakukan dengan terapi misalnya patuh meminum obat.
Hindari Diabetes dengan Ubah Gaya Hidup

Faktor
keturunan memiliki pengaruh apakah seseorang dapat terkena diabetes atau tidak.
Selain keturunan, gaya hidup juga berperan besar. Diabetes tipe 2 sering
terjadi pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas atau kegemukan merupakan
pemicu terpenting penyebab diabetes.
Obesitas artinya berat badan berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan
idaman. Juga berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Lemak yang berlebih
akan menyebabkan resistensi terhadap insulin. Ini menjelaskan mengapa diet dan
olahraga merupakan metode penatalaksanaan untuk diabetes tipe 2.
Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi
jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan lebih baik.
Ternyata ada hubungan antara diabetes tipe 2 dengan letak tumpukan lemak
terbanyak. Bila timbunan lemak terbanyak terdapat di perut maka risiko terkena
diabetes lebih tinggi.
Para peneliti juga percaya bahwa gen yang membawa sifat obesitas ikut
berperan dalam menyebabkan diabetes. Gen yang bernama gen obes ini mengatur
berat badan melalui protein pemberi kabar apakah kita lapar atau tidak. Pada
percobaan dengan tikus, bila gen ini bermutasi maka tikus akan menjadi obes dan
mengalami diabetes tipe 2.
Penelitian menunjukkan bahwa kegemukan berhubungan dengan waktu yang
dihabiskan di depan TV dan komputer. Menonton TV akan menyebabkan tidak bergerak
juga berpengaruh terhadap pola makan mengemil.
Bagaimana cara
mengatasi kegemukan untuk menghindari diabetes?
Caranya mudah, murah dan efektif, antara lain:
|
1.
|
Membiasakan diri untuk hidup sehat
|
2.
|
Biasakan diri berolahraga secara teratur
|
3.
|
Hindari menonton TV atau main komputer terlalu lama
|
4.
|
Jangan mengkonsumsi permen, coklat, atau snack dengan
kandungan garam yang tinggi.
|
5.
|
Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar
karbohidrat dan lemak tinggi.
|
6.
|
Konsumsi sayuran dan buah-buahan.
|